"Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.'" (Lukas 2:13-14)
Peristiwa Natal menyatakan kemuliaan Allah. Pada malam kelahiran Yesus Sang Kristus, bala tentara surga mengumandangkan pujian bagi Sang Khalik, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi ...." Dalam bahasa Latin, "Gloria in excelsis Deo!"
Mungkin, kita langsung berkata, "Amin!" Tapi, tunggu dulu! Ingat, pemandangan di malam Natal sekitar dua ribu tahun yang lalu berbeda sekali dengan pemandangan pada saat peringatan Natal sekarang ini. Boleh dibilang, seperti bumi dan langit. Bukan gedung yang megah dengan seribu satu dekorasi Natal, tapi kandang binatang yang kotor dengan seorang bayi "yang sedang berbaring di dalam palungan". Begitu sederhana, bahkan ... hina!
Bagaimana pemandangan seperti itu menyatakan kemuliaan Allah? Bagaimana sampai pemandangan itu melahirkan pujian yang begitu agung di kalangan para malaikat bagi Sang Khalik?
Kuncinya terletak pada ungkapan "di tempat yang mahatinggi". Jika seorang raja duduk di takhta kebesarannya, itu wajar. Memang di sana seharusnya ia duduk. Jika seorang konglomerat duduk di kursi belakang mobil BMW seri terbaru, yang katanya membuat pemiliknya "nggak" mau menyetir lagi saking nyamannya duduk di kursi belakang, yang super mewah, itu juga biasa. Siapa sih konglomerat yang betah naik mobil rakyat sekelas angkot? Gerah!... Tapi jika satu pribadi yang menempati posisi "yang mahatinggi" mau turun dari kemahatinggiannya dan hidup dalam kesederhanaan, kesahajaan, bahkan kepapaan, itu baru "luarrr" biasa!
Natal kali ini, hayatilah
kesempurnaan perendahan diri dan keajaiban kasih Tuhan bagi kita! Dia, Anak
Allah yang Mahatinggi, mau menjadi anak manusia supaya kita, anak manusia, bisa
menjadi anak Allah yang mahatinggi!
Betapa sempurna perendahan diri
Allah.
Yang diperagakan dalam peristiwa
Natal.
Yang mahatinggi mau menghampiri yang
maharendah.
Yang mahakudus mau hadir di samping
yang mahanajis.
Yang mahamulia mau hidup bersama
yang mahahina.
Source : Harta Karun Natal, by.Erick Sudharma
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar